Sample Text

Pages

Sabtu, 20 Desember 2014

Sarjana Itu Sok Pintar. Masa Sih ?


     Ada suatu topik yang sangat ingin saya tulis. Perihal keuntungan dan kerugian menjadi seorang Sarjana dalam keluarga. Sarjana. Hmmm sebagian besar orang menganggap sarjana adalah orang yang intelektual, bermartabat tinggi, memiliki etika sopan santun yang baik, bukan ? Sebagai sarjana, bahkan kita tidak merasakan hal yang demikian yang dipersepsikan oleh orang - orang. Hanya saja, saya akui, kita mendapatkan ilmu lebih banyak dari yang lain.

     Ilmu apakah itu ? Ilmu yang kita dapat tidak hanya ilmu tentang mata kuliah saja. Kita juga mendapatkan ilmu bagaimana caranya mengahadapi dan menanggapi suatu hal / masalah dengan kepala dingin, secara elegant, tidak dengan emosi, tidak dengan gegabah. Kita juga belajar bagaimana caranya melihat suatu hal tidak hanya pada satu sisi saja, melainkan dari berbagai macam sudut pandang. Karena jika kita menghadapi dan menanggapi masalah hanya melihat satu sudut pandang saja, maka kita tidak akan menilai hal - hal lainnya. Padahal, hal - hal lain juga perlu menjadi bahan pertimbangan. Sehingga kita tidak hanya berani menggugat dan menjudge. Kita juga tidak akan stuck hanya dalam satu pikiran dan alasan, dan yang terpenting kita selalu berpikiran positif. Selain itu, dengan kita mempertimbangkan banyak hal dari berbagai macam sudut pandang, akan membuat kita memiliki pikiran dan pandangan yang luas. Kita menjadi lebih bijak tentunya. ^^

     Kita juga diajarkan tentang menyikapi zaman. Betapa tidak, zaman modern ini tentu berbeda dengan zaman orba atau zaman 60an, 70an, 80an. Sudah berubah ! Bahkan wajah dunia pun sudah berubah. Dengan begitu, apakah kita akan menggunakan aturan dan pikiran lama untuk menghadapi zaman yang sudah sangat modern ini ? Jika dimisalkan, apakah negara ini akan menggunakan undang - undang zaman Presiden Habibie ? Sedangkan undang - undang saat ini sudah diamandemen sebanyak empat kali. Sudah barang tentu tidak berlaku, bukan ? Bukan, kita bukannya menjadi orang yang sok modern dan ujung - ujungnya akan dicemooh sok pintar atau bahasa jawanya 'keminter'. Karena memang realitanya saat ini ya seperti itu. Sudah banyak gedung tinggi, ini lebih dari sekedar orde baru ! Dengan kita menyadari perubahan zaman yang sudah lebih modern ini, tentu kita tidak akan berpikiran kuno, bukan ? Dengan begitu, kita akan memiliki pemikiran yang fleksible dan menyesuaikan dengan zaman. Tetapi, bukan berarti kita melupakan identitas bangsa dan nenek moyang. Karena cara berpikir kolot sudah tak berlaku di era ini.

     Selama kita duduk dibangku kuliah, kita juga belajar bagaimana caranya bersosialisasi dengan baik. Selain dengan teman kelas, kita juga tentu memiliki teman organisasi dan teman nongkrong. Di organisasi kita belajar menjadi orang yang bisa memimpin dengan benar, kerja sama, solidaritas, memiliki pendapat teguh dan yang terpenting dengan stressing, it's .... memecahkan masalah dengan kepala dingin, tanpa emosi, apalagi fisik. Dengan teman nongkrong, tentu kita bisa bertukar pikiran tentang hal apa saja. Tidak hanya tentang kuliah saja, melainkan banyak hal seperti pengetahuan umum, wisata, kuliner, dan  lain - lain. Sehingga kita benar - benar memiliki pengetahuan yang super luas. Mungkin bagi sebagian orang awam, untuk apa nongkrong ? Sangat tidak penting. Buang - buang uang. Dan tidak bermanfaat. Untuk apa membicarakan soal wisata, kuliner atau musik ? Yang terpenting kan belajar dan kuliah saja sudah cukup. Pemikiran seperti itu, Totally Wrong ! Salah besar ! Sudah saya katakan, selain mendapatkan ilmu dari mata kuliah, kita juga mendapatkan ilmu dari lingkungan sekitar !

     Kita sebagai sarjana juga diajarkan untuk memanusiakan manusia. Intinya, kita sebagai manusia, siapapun itu dan apapun latar belakang serta profesinya, kita sama saja di Mata Tuhan ! Harga menghargai adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan ini. Jika tidak begitu, mau tidak tinggal di hutan karena tidak bisa hidup berdampingan dengan orang lain dan tak mau menghargai orang lain ?

     Apa yang ada dipikiran kita hanyalah masa depan. Untuk apa kita menoleh kebelakang ? Memang benar kita harus mengambil hikmah atas kejadian yang lalu, tapi tidak harus mengingat - ingatnya terus, bukan ? Itulah sebabnya kita selalu enjoy our life. Life must go on ! think future, not past !

     Memang agak susah menerapkan hal tersebut dalam kehidupan bermasyarakat. Tidak banyak orang yang tahu dan berpikiran tentang hal - hal tersebut, bahkan dalam keluarga sekalipun. Kadang hingga menimbulkan selisih paham. Terkadang apa yang kita bicarakan dan apa yang kita maksud hanyalah kesok pintaran. Padahal apa yang kita bicarakan hanyalah realita yang ada, pemikiran yang lebih modern dan fleksible, namun disalah artikan oleh orang awam. At least,  berakhir padaaaa Talk To My Hand


- Indah Hikma / Corat - Coret Bekas Mahasiswi Sastra-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar