Senin, 09 Februari 2015
Dialog Malang Hari
Hey, gadisku
Ada apa dengan wajahmu malam ini ?
Mengapa kau pucat pasi ?
Bibirmu yang memerah berubah membiru.
Matamu yang bak butiran kristal berubah menjadi nanar.
Tidak kah kau menggunakan bedak dan gincu malam ini ?
Lalu kau menopang dagumu dengan tangan kananmu.
Bergumam sendiri di bawah sinaran bulan yang redup.
Mana rambutmu yang selalu kau gerai ?
Dan sekali ini aku melihatmu lelap.
Lalu kau bertanya kepadaku,"Apa arti malam itu ?"
Gadisku, tidak kah kau tahu bahwa,
Malam itu ketika jarum jam berdetak lantang.
Dia mengangguk sembari berkata lagi kepadaku dengan tatapan searahnya,
"Bila aku mendengar detak jarum jam, kau tahu apa yang aku rasakan ?"
Apa yang kau rasakan, gadisku ?
"Gelap, waktu, dan resah."
Kemudian aku masih bertanya - tanya,
pada rembulan yang kini memudar,
pada gadis berwajah pualam yang kini sedang resah.
Dia lalu memelukku,
"Hari kini gelap bagiku, aku butuh terang dan itu kau,
Waktu ini cepat bagiku, aku butuh waktu berhenti dan hanya kau yang bisa menghentikannya,
Hati ini resah bagiku, aku butuh kau untuk membangunkannya."
Hey, gadisku
Lupakah kau mengapa aku hadir dihadapanmu ?
Lupakah kau mengapa kini kubalas pelukanmu ?
Aku adalah terang bagimu,
Aku adalah lentera dalam hatimu yang gelap,
Aku adalah detak jantungmu.
Kau tak perlu khawatir tentang malam,
Biar detak jarumnya lantang bagimu,
Biar gerainya membuatmu lelap,
Aku adalah pagi yang menyapamu setelah malam berlalu.
Indah Hikma
Malang, 9 Februari 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar